MAHIDARA.COM, KARAWANG - Kisah pilu datang dari keluarga miskin di Desa Ciptasari, Kecamatan Pangkalan, Karawang, Dasih (50) soerang ibu rumah tangga miskin menderita sakit kanker payudara dengan stadium akut.
Wasim (55) suami pasien menuturkan, awal mula istrinya terserang tumor di payudara kurang lebih sekira 2 tahun lalu, dulu Dasih sempat dioperasi, namun sel kankernya tak terangkat semua, hingga kini tumor kembali tumbuh lebih cepat dari sebelumnya.
"Sekitar akhir tahun 2021, istri mulai mengeluh sakit, tumornya makin besar. Waktu itu saya berusaha kesana kemari cari informasi untuk mengurus pengobatan istri meski biaya terbatas," ujar Wasim ketika ditemui di RSUD Karawang, Rabu, 8 Juni 2022.
Sempat dibawa ke beberapa rumah sakit di Karawang, akhirnya Dasih harus dirujuk ke rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, karena tumornya makin besar, Dasih perlu perawatan lebih intensip.
"Saya langsung bawa istri ke Bandung, karena saya tidak paham ngurus persyaratan, sempat minta bantuan ke aparat Desa juga tidak ditanggapi serius, itupun ke Bandung biaya sendiri," kata dia.
Selama di Bandung Wasim mengurus administrasi pengobatan istrinya dengan surat keterangan tidak mampu (SKTM), karena saat itu Wasim memang tak punya cukup biaya untuk menanggung biaya pengobatan mandiri.
Namun nahas, Wasim malah jadi mangsa mediator (calo) di RSHS, nasib istrinya tak makin membaik, biaya pengobatan makin membengkak.
"Saya di Bandung bahkan sewa kontrakan, karena capek harus bolak-balik tak ada biaya, jadi nunggu jadwal periksa, jadwal kemoterapi, dan jadwal operasi di kontrakan itu," ungkapnya.
Baca Juga: Gempabumi Mengguncang Mamuju Sulawesi Barat, BMKG Sebut Tak Bepotensi Tsunami
Dari Desember hingga pertengahan Mei, hampir 6 bulan tersebut Wasim menemani sang istri di Bandung, untuk biayanya selama di Bandung Wasim mengaku hanya mengandalkan pinjaman dari tengganya di kampung. Sebab sebelumnya Wasim sudah habis puluhan juta menjual sawah garapannya untuk membawa sang istri ke Bandung.
"Selama akhir Desember, sampai Mei saya di kontrakan, karena memang gak kebagian tempat untuk dirawat di rumah sakit, pas jadwal kontrol baru dibawa ke rumah sakit. Disana saya hanya ngandelin pinjeman, dan menjual padi hasil panen," ungkap Wasim.
Selama hampir 6 bulan tersebut Wasim habis biaya puluhan juta untuk mengurus pengobatan sang istri, namun, jadwal operasi yang dinanti untuk sang istri tak juga datang. Hingga akhirnya Wasim menyerah karena ia sudah kehabisan uang, Wasim memutuskan membawa kembali sang istri pulang.
Kisah serupa juga diceritakan oleh Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pangkalan, AKP Abdul Wahab Sahroni, pada Rabu, 8 Juni 2022. Ia menuturkan rumah keluarga tersebut berlokasi tak jauh dari lokasi Mapolsek Pangkalan.
Artikel Terkait
Kisah Aura, Pelajar Asal Karawang Rajin Bersihkan TMP Teruskan Cita-Cita Ibunya Yang Gagal Lolos Jadi Kowad
Kisah Haru Seorang Ayah, Mencuri Ponsel untuk Anak Sekolah Online
Kisah Inspiratif: Tak Punya Uang Untuk Lebaran, Presiden Soekarno Lelang Peci
Satu Unit Minibus Terbakar Usai Mengisi Bahan Bakar di SPBU Pangkalan Karawang
PAW Kades Telukambulu Karawang Tuai Pro-Kontra, Ini Penjelasan Ketua Panitia Pelaksana