MAHIDARA.COM, KARAWANG - Momen Hari Santri Nasional (HSN) merupakan waktu yang tepat untuk mengulas napak tilas sejarah peradaban islam, banyak hal menarik dan fakta penting untuk diulas di Karawang.
Panglima Santri Karawang Ahmad Zmakhsayari atau yang kerap disapa Kang Jimmy mengungkap, meski tidak dijuluki sebagai kota santri, di Karawang juga banyak fakta sejarah islam yang menarik untuk diulas.
"Kalau melihat fakta sejarah, menurut saya Karawang itu perlintasan etnis, budaya dan agama, karena orang Cina sudah ada dari dulu, Laksamana Ceng Ho sudah ada lebih dulu sebelum Syeikh Quro datang," kata Jimmy saat diwawancara usai Upcara HSN di Plaza Pemda Karawang, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Baca Juga: Polisi Panggil Pekerja Bangunan Terkait Kebakaran di Islamic Center Jakarta
Di Karawang, Laksamana Ceng Ho juga mewariskan beberapa peninggalan berharga seperti klenteng-kelenteng yang disebut sebagai klenteng sakral.
"Laksamana Ceng Ho mewariskan Klenteng Sian Jin Kupoh itu klenteng agung, itu sakral karena banyak etnis Cina dari Singapura, Thailand, dan Malaysia, saat Imlek itu datang ke Sian Jin Kupoh," kata dia.
Selain itu, ada juga klenteng di Tuparev yang dianggap sakral, bahkan di wilayah Johar, Kabupaten Karawang juga terdapat Kampung Cinangoh, hal itu, kata Jimmy, merupakan sebagian bukti bahwa etnis Cina sudah ada sejak dahulu.

"Selain itu, Karawang sendiri dikenal dengan basis buhun atau aliran kepercayaan animisme, buktinya sampai tahun 2022 sekarang ini, banyak masyakarat Karawang sebelum hajat datangnya ke mbah dukun, mau bercocok tanam datangnya ke mbah dukun, ini kan buhun juga. Namanya aliran animisme itu," ungkapnya.
Baca Juga: Hasil G-20, Jasa Tirta Bangun Proyek IWF Bersama 4 BUMN
Kemudian, kata Jimmy, selain dua aliran etnis dan agama tersebut, di Karawang juga terdapat keagungan islam yang dibawa oleh Syaikh Hasan Nudin atau yang dikenal dengan Kanjeng Syeikh Quro Pulobata.
Itu sebabnya di Karawang tidak terdapat pondok pesantren yang menyeluruh di 30 kecamatan, "Pusat pesantren di Karawang itu, Kecamatan Rawamerta, Pangkalan, Tegalwaru, dan beberapa desa di Telagasari, tidak seperti di Tasikmalaya yang hampir di setiap desa ada pesantren," kata Jimmy.
Oleh karenanya, ia berpendapat bahwa, Karawang lebih tepat disebut sebagai daerah atau tempat perlintasan etnis, budaya, dan agama.***
Artikel Terkait
Cegah Penyalahgunaan Barang Inventaris, Propam Polres Karawang Lakukan Pemeriksaan Senpi Milik Anggota
Semarakan Hari Jadi ke-74 Polwan Polres Karawang Gelar Lomba Keagamaan
Cuma Modal Izin Sekdes Pabrik Plastik di Karawang Beroperasi Timbulkan Dampak Bagi Warga
Dijuluki Caffe Muslimah, Tempat Ini Cocok Untuk Nongkrong Malam Mingguan Kaum Hawa di Karawang
Maling Gas Subsidi Rugikan Negara Rp 1,2 Miliar, 4 Bandit LPG di Karawang Diringkus Polisi